Text
Republik Mafia
Meski mencerminkan perpolitikan Indonesia, gambaran kisah yang hadir di dalam buku ini bukan sebagai Negara Indonesia, melainkan sebagai Negara Hastina Pura. Refleksi dunia pewayangan, tepatnya pada epos Mahabharata, membawa kekhasan tersendiri. Semuanya bermula karena memang masanya untuk masuk periode baru PilPres (Pemilihan Presiden) Negara Hastina Pura. Persaingan pun mulai salip-menyalip. Presiden Gusti Duryudono (No) dengan strategi jitu paman Sengkuni, dan Batara Kalla (Goro) dengan dibantu kesaktian dan kecerdikan Anoman, serta Arjuna bersama Banowati dengan pesona wibawa dan sembako murahnya yang juga melibatkan Kiai Semar (mantan dewa/presiden) sebagai penujum nasib Arjuna, lalu Gareng dan Bagong sebagai timses (timsukses).
Dikisahkan satu per satu sepak terjang ketiga pasangan dalam mendapatkan simpati dan dukungan rakyat Hastina. Gusti Presiden Duryudono, yang tengah memimpin Hastina Pura, mengeluarkan ajian Serat Jiwa, yaitu ajian yang menguras tenaga para pesaing politiknya dengan memberitakan isu-isu yang sensasional, Batara Kalla dengan ajian Moundry pemberian Hanoman, yaitu ajian yang dapat membuat seseorang memiliki tenaga berlipat ganda – yang kemudian dipakai untuk melakukan pembangunan desa-desa. Terakhir, Arjuna dengan ajian sakti Ilmu Panglimunan yang mampu melakukan tipu daya atau rekayasa. Tujuan pun pada akhirnya melebar, tak hanya ingin mendapatkan simpati dan dukungan dari rakyat, melainkan juga untuk menjatuhkan para pesaing politik.
Namun naas, mendekati masa akhir kampanya PilPres, ketiga pasang Capres dan Cawapres Hastina itu justru hancur pamornya akibat ajiannya masing-masing. Bermula dari ajian Arjuna yang merekayasa sebuah video panas untuk menjatuhkan Presiden Duryudono. Muncullah Petruk sebagai anggota Komisi Penyiaran Hastina untuk menyelidiki perihal video panas tersebut. Akhirnya, video yang berhasil diungkap ini ternyata kemudian menimbulkan celaka berantai bagi semua pasangan Capres dan Cawapres. Setelah ketiga pasangan hancur akibat ulahnya, rakyat kembali menyorakkan nama Kiai Semar dan terpilih lah ia menjadi presiden serta Petruk diangkat sebagai Wakilnya.
Politik memang tidak bisa lepas dari adanya kecurangan (walaupun itu kecil) dan skandal panas yang dilakukan oleh para elitnya. Begitu juga yang menjadi kekurangan bagi penulis, Redi Panuju, dalam mengilustrasikan cerita yang banyak menyinggung dan membahasakan hal-hal yang berbau seks.
Namun demikian, tak mengurangi keunikan alur kisah yang dibawakan Redi. Sebab di dalam kisah, penulis banyak menggunakan satire yang menyegarkan tawa, sehingga hawa politik yang biasanya terkesan mangkeli dapat diatasinya dengan renyah.
Masih banyak variasi contoh lain yang dapat menggambarkan dunia mafia dalam perpolitikan, tepatnya pada Bangsa Indonesia. Namun akan lebih baik lagi jika Bangsa Indonesia ini mampu mencegah timbulnya contoh lain tersebut. Ini berarti bahwa Bangsa Indonesia harus segera berbenah diri, baik itu dengan introspektif maupun reflektif, agar mafia dalam dunia politik setidaknya dapat berkurang. Harapannya!
07699 | 818 RED r | My Library (800) | Tersedia |
00393 | 818 RED r | My Library (800) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain