Text
Emotion Intelligent Parenting
Menjadi cerdas secara emosi? Bagaimana rasanya? Menjadi cerdas secara intelektual, tentu saja mudah untuk diukur. Peringkat di sekolah, kemampuan dalam memecahkan soal ujian, atau pun kemampuan untuk berbahasa asing, merupakan contoh kecerdasan intelektual. Namun bagaimana rasanya menjadi cerdas secara emosi. Kecerdasan emosi merupakan pemahaman yang sangat menarik untuk diulas, khususnya untuk pola pendidikan formal di Indonesia, apakah anak kita sudah cukup cerdas secara emosi? Kadang kala kecerdasan emosi seseorang sudah dapat terlihat ketika seorang anak masih kecil. Ketika ibunda dari Abraham Lincoln ditanya mengenai Abraham Lincoln, dia berkata, di antara seluruh anak-anakku dialah anak yang paling terlihat akan berhasil. Pandangan akan masa depan anak kadang kala sudah dapat dibaca oleh mata hati orang tuanya. Selain dengan mata hati, ada juga cara lainnya? Bagaimana? Buku ini mencoba menjawab pertanyaan para orang tua yang peduli terhadap masa depan anak. Dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam buku ini, kita bisa menyimpulkan kecerdasan emosional anak. Setelah itu, kita bisa membentuk pola asuh yang sesuai dengan kondisi sang anak. AMARYLLIA PUSPASARI, adalah lulusan Teknologi Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor serta Pascasarjana Psikologi Terapan di bidang Psikometri Universitas Indonesia, dan menjadi asisten dosen dalam beberapa mata kuliah psikometri di Universitas Indonesia. Selain itu, penulis juga pernah berkarier di bidang konsultan untuk pendidikan (khususnya pendidikan dasar serta pengembangan kompetensi) dan industri pangan. Sekarang penulis juga bekerja di perusahaan pangan sebagai Quality Assurance Manager, sebelumnya penulis telah bekerja di beberapa perusahaan pangan, kosmetik, dan industri kimia.
09354 | 649.1 AMA e | My Library (600) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain