Text
Titik Nol
Bagi sebagian orang, seni bercerita tidak hanya sekedar menyampaikan sesuatu secara bermakna, tapi mengaitkannya dengan keadaan dan citarasa tentang prinsip, ide, konsep, dan tentu saja kehendak melakukan perubahan bagi pembaca, meski hanya sebatas harapan memperbaiki fungsi kesadaran manusia.
Seni, jika boleh mengatakan demikian maka Titik Nol adalahnya; bagaimana ide-ide imajinatif terkerangka dalam sebuah cerita yang berusaha, atau lebih ringan jika dikatakan berupaya untuk mengenalkan kekayaan personal tentang hasrat dalam berkalimat, bersuka-cerita, bersilang-keinginan, bahkan sampai bertukar-kepribadian, hanya untuk merealisasikan sesuatu yang ada di mana pun, bagaimana pun, kapan pun, apa punyang dalam bahasa sederhana disebut alam cita-cita.
Dalam Titik Nol, ladang ini telah ditanami oleh berbagai aneka ide, tidak hanya sebatas keinginan yang rapuh. Macam-macam ide itu dikelola dengan karakter bahasa yang manis, tatanan kalimat yang di setiap jengkalnya mengandung upaya inspiratif. Kita bisa melihat hal ini dari perkataan salah satu tokoh dalam Titik Nol, dr. Burhan. Dia mengatakan: kebahagiaan dan kemuliaan adalah hak semua orang, ambillah hak Anda itu. Kalimat ini benar-benar power, mirip tombol ON dalam sebuah mesin, memberikan inspirasi bagi ketumpulan kehendak yang merupakan fitrah manusia. Bahwa, manusia memiliki seperangkat alat untuk mencapai cita-citanya. Manusia diberi hak yang sama oleh Tuhan, kehendak menjadi bahagia dan baik. Tuhan tidak pernah membedakan takdir manusia, semuanya sama. Ibarat sebuah kereta, takdir adalah lokomotif dan manusia masinisnya. Jika lokomotif itu memiliki kecepatan yang sama, maka manusianya lah yang harus menentukan, membawanya dengan kecepatan penuh atau ngopi dengan santa
00184 | 813 ACH t | My Library (813) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain